Tuesday, July 05, 2005

Senyum Pak Tua

Minggu, 3 Juli 2005. Menapaki hari baru yang kumulai pukul 5 pagi... udara dingin berhembus menyisakan sejuk di relung jiwa. Penuh senandung aku bersiap menyongsong keriaan perjalanan yang sebentar lagi akan aku jelang. Tak putus aku mematus diri di depan cermin, seakan tak ingin sejumput cela mengotori hari ini.


Suami mengulum tawa melihatku begitu riang menyambut hari ini. "Kamu cantik sekali, hari ini.." ungkapan yang bermakna ganda... tapi kubiarkan saja. toh hari ini semua memang nampak begitu cantik.

Persiapan terkahir telah selesai, dan kami berdua beriring menuju mobil, yang akan menerbangkan kami ke tempat pertemuan dengan teman-teman. Tak perlu merasa terburu-buru, kami berdua melangkah dengan begitu santai. Mobil beranjak pelan menuju halaman depan, dan aku tetap tinggal karena ingin memastikan semua pintu telah terkunci dengan baik. Saat hendak menutup pintu pagar... mataku terpaku pada langkah tertatih seorang bapak tua. Sosok renta yang menggendong karung itu berjalan mendekati suamiku.
"Selamat pagi, Pak. Alhamdullilah hari ini cerah sekali", sapa Pak Tua ramah.

Suamiku diam terpana. Sekelebat rasa curiga hinggap di kepalaku. Sekilas aku mencoba mengingat jumlah recehan di dompetku. Tapi Pak Tua tak memberiku kesempatan berpikir. Ia tersenyum, dan berlalu begitu saja.

Tanpa kata aku masuk ke mobil... pelan. Aku dan suamiku bertatapan, masih tak mengerti apa yang terjadi. Pak Tua itu.... bukan... pengemis..?? Kalimat tak berwujud itu berhamburan melalui sorot mata kami.

Mobil kami bergerak perlahan dalam diam. Jauh di depan, Pak Tua masih melangkah tertatih. Ia mendekati seorang Bapak yang sedang mencuci mobil... mengucap sapa dan senyum yang sama... menerima tatap curiga yang sama..... Dan Pak Tua kembali melangkah, diiringi tatap tak mengerti tetangga kami, persis seperti yang baru saja kami lakukan.

Aku menunduk. Mukaku terasa panas tertampar sikap tulus Pak Tua. Betapa mahal harga sebuah senyum dan sapa.... Pak Tua yang bahkan tak minta sesuatu pun, hanya memberi kami seulas senyum dan sepotong sapa... tapi kami menghadiahinya sebuah tuduhan... tuduhan sebagai peminta-minta.... padahal ia justru MEMBERI !
Betapa kami semua amat tak paham arti sebuah sapa... sapa yang kami terima dengan tatap curiga, sapa yang bahkan kami tak sempat balas....

Pak Tua... ajari kami indahnya berbagi....

2 comments:

yaya said...

Satu sapa
bisa berarti
ketulusan jiwa...

^_^ said...

halo mbak, aku nyapa juga yah

eniwei klo boleh sedikit "protes" blog mbak terlalu kecil huruf2nya jadi agak kesulitan buat yg membaca

salam dari tuti - DI