Dulu aku pernah mengalaminya, dan salah satunya menghasilkan tulisan kelam ini.
Sekarang desakan itu datang lagi... berhari-hari aku mencoba mengabaikan, karena idenya sangat prematur dan, terus terang, untuk menuliskannya secara runtut, perlu waktu yang lumayan panjang. Dan, recently there are so many things to do, jadi kayaknya gak sempet aja. And you know what? Aku jadi uring-uringan. Desakan kuat ini udah kayak orang sakaw, yang kalo gak diturutin bisa bikin mati deh kayaknya....
So, sekarang aku tulis aja ... maap kalo setting dan alur terpaksa diabaikan, karena emang ini demi ngosongin isi kepala aja. Jadi, instead of bikin cerita, akhirnya dipaksain bikin.. apa ini ya? bukan puisi juga sih kayaknya...
Gadis itu duduk..
di sana di lantai atas suatu bangunan di pojok utara kota Bandung.
Matanya berjuang kuat menembus deru air hujan bercampur angin..
sibuk memilah, antara titik air.. dan titik harapnya.
deru hujan yang berlomba membasahi bumi,
seakan nyanyian merdu, mengiringi dengungan rindu
yang berkutat di bilah-bilah hati sang gadis..
'di mana dia?'
Dan ketika sosok itu menderap muncul
menyibak air hujan dengan langkah pastinya...
sang gadis terkesiap.
'itu dia..'
apalah artinya deru air hujan
apalah artinya pelukan angin kencang...
Sosok itu terus melaju
berlalu dalam balutan kabut..
sang gadis merapuh
kering laksana porselen...
Dan langkah tegap itu makin mendekat..
dalam pandangan mendamba, si gadis pun makin mengkristal...
Sosok itu berhenti di hadapannya
"Hai.."
dan gadis itupun pecah berderai...
No comments:
Post a Comment